16.3.11

MANILA - KINABALU - LABUAN - BRUNEI PART III

Sebelumnya MANILA - KINABALU - LABUAN - BRUNEI PART II

Sebelum berangkat, gw checkout dulu dan nitip tas. Kayaknya hostelnya mesti diakali dulu deh. Mengingat kemaren 12 jam dihabiskan jalan-jalan keluar hotel begitu juga hari ini, mending gw checkout dan malem ini check in lagi tapi sewa 12 jam aja. Jadi cukup bayar separuh kan ;)
Jeepney ke quiapo cuma 2 blok di belakang hostel, karena hari senin, kehidupan perekenomian tampak mulai bergeliat. Yang tampak mencolok adalah antrian lotto dan antrian pencari kerja memadati setiap biro jasa tenaga kerja.
Pencari kerja




Naik jeepney jauh dekat 8 peso, sampai juga di Quiapo, berhubung perut sudah lapar, menyempatkan masuk ke Muslim town, banyak resto halal di dalam, menunya pun mantap-mantap. Selain itu diluar ada yang jual durian dan nasi kucing. Umat muslim di Philipina memang hanya kaum minoritas, yang terkenal malah muslim teroris di pulau Mindanao.

Moslem town















Dengan perut kenyang berjalan menuju china town, gerbang china town tepat di depan gereja Santa Cruz. Sempat iseng masuk gereja Quaipo atau dikenal church of the Black Nazarene, satu kali jepret sukses kemudian diusir security.

Black Nazarene church, sukses sesudah motret di dalam = diusir




Putar-putar Chinatown sepanjang jalan Ong Pin sebentar, disambut deretan toko mas, selanjutnya selayaknya China Town dimana-mana jualan obat cina, makanan, baju dan cukuplah, putar balik ke stasiun LRT Carriedo.

Chinatown



Suhu Manila yang panas menyebabkan gw pengen ngadem bentar, masuk ke pangkas rambut ber-AC di bawah stasiun LRT, cukup bayar 60 peso, selesai juga potong rambut yang ga pernah kesampean saking sibuknya di Jakarta.
Masuk stasiun kembali di periksa security, memang siap-siap aja di Manila diperiksa setiap masuk mal, stasiun LRT, bank atau apa, kayaknya mereka parno banget dengan teroris. Seperti disebut tadi, tujuan adalah Chinese Cemetery, bayar 15peso dan berhenti di stasiun LRT Abad Santos. Turun dari stasiun, tukang tricycle sudah rebutan penumpang, yang ini bener nakutin karena sempet berantem. Awalnya sempat mencari sendiri di mana pintu gate komplek kuburan cina tersebut, masalahnya dari atas LRT sempat terlihat.
Sempat masuk gang-gang sempit perumahan hasil tanya sana sini (untungnya orang Philipina rata-rata nyambung ngomong bahasa Inggris) sampai akhirnya menyerah, oleh seorang bapak dianter ke trycicle, cukup 20peso sampai ke gerbang chinese cemetery. Ternyata tempatnya lumayan jauh, bisa gempor kalo jalan kaki.
Masuk kedalam komplek perkuburan yang juga dikenal dengan nama Manila North Cemetery in, kesana dengan tampang cuek aja, padahal ada pos penjagaan di depan, benar saja, komplek pekuburan ini layaknya komplek perumahan elit. Jalan beraspal, kanan kiri ada kuburan dengan pelbagai arsitektur. Lalu ada juga nama-nama jalannya. Sempat membayangkan bagaimana keadaannya di malam hari ya.
Sempat foto sana sini, sampai akhirnya didekati security berbadan gede, ditanya gw ada izin ga dari Manila city hall, ya tentulah ga ada dan gara-gara jawaban itu sukses aku diusir, ga boleh motret sambil diocehin bahasa Tagalog. Wah, udah takut aja kamera dirampas atau dibawa untuk diintrogasi. Ternyata kawasan pekuburan ini bukan untuk turis dan juga merupakan forbidden area. Aduh! Aku dikawal dianter sampe keluar gerbang sambil minta maaf dengan tampang gak berdosa. Untung udah dapet banyak  foto yang bisa dipamerin disini :)

Chinese cementery (ekslusif!)










[



Sampe depan langsung ngacir naik jeepney, pokoknya ada tulisan LRT aja, sampe stastiun Rizal Ave langsung deh naik LRT tujuan EDSA karena rencananya mau ke Makati. Distrik yang merupakan pusat bisnis Manila, yangmana banyak perusahaan multinasional berada disini. Makanya ga aneh sepanjang jalan banyak gedung pencakar langit. Sebenarnya Makati sudah sempat dilewati dalam perjalanan kedatangan di hari pertama dari Clark.

View dari jembatan stasiun EDSA, bangunan merah itu hotel SOGO

Tujuanku kali ini ke Green Hills shopping centre, dari Edsa harus ganti naik MRT di line 3(ini bedanya, ketika masuk line 3 namanya jadi MRT). Antriannya cukup panjang nih.
Sempat bertanya sama orang di belakang, katanya turun di Buandea. Itulah salahnya ga cari second opinion. Walhasil turun di Buandea ga ada apa-apa, katanya ke stasiun Ortigaz atau stasiun Santolan. Kepaksa keluar duit 12peso lagi untuk beli tiket yang ke Stasiun Santollan, sesampainya naik dulu ke atas stasiun untuk turun di sebelah kiri stasiun, tangganya nyapein deh, lalu lanjut naik Jeepney lagi dianter ke Green Hills.

Greenhills Shopping Centre








Komplek pertokoan ini terdiri dari departement store, bioskop, dan ada juga toko ala mangga dua. Ada jualan tas, baju, souvenir, perhiasan, makanan, di lantai 2 spesial handphone.
Sempet tawar-tawaran (ini wajib disini)  beli kaos Philipina, rata-rata harganya 150 peso, lumayan mahal, mengingat di Hongkong atau Thailand, harga kaos sejenis paling 20ribuan rupiah.
Oya di bagian tengah pertokoan ala mangga dua Green Hills ada foodcourt, lumayan ada dimsum dan kebab berlabel halal.
Puas keliling, pas mau pulang ternyata hujan deras manalagi menjelang malem. Menunggu di depan tempat turun dari Jeepney tadi ternyata ga ada Jeepney yang mau narik. Mau naik taxi setidaknya ke stasiun MRT terdekat, duit dikantong sisa 100peso, money changer dari tadi ga kelihatan, mau narik di atm berambang visa, males kena fee yang sampe 60ribu rupiah.
Akhirnya mengelilingi mal, ternyata sama seperti mal of asia, ada terminal juga di mal ini. Ya udah, langsung aja naik jeepney balik ke Santolan untuk dilanjutkan ke taft avenue/edsa dan pindah naik LRT balik ke Ermita turun di UN avenue.
Malam ini adalah malam terakhir di Manila dan besok sudah siap-siap melanjutkan perjalanan ke Kinabalu. Pelbagai pengalaman menarik di dapat beberapa hari terakhir ini di Manila. Gw yakin bakal kangen sama Manila nanti.

Selanjutnya MANILA - KINABALU - LABUAN - BRUNEI PART IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar