Ayuthhaya, Chiang Mai, Chiang Rai, Mae Sai, Golden Triagle + Tachilek (Myanmar) Part II
Snake farm yang selanjutnya dituju berupa tempat penangkaran ular, dengan membayar 200 baht bisa melihat pelbagai ular, buaya, koleksi burung dll. Lalu setelah itu ada pertunjukan oleh pawang ular. Ada ular yang bisa ngelompat, cium ular dll.
Serunya hari ini privat show, berhubung yang nonton aku sendirian, tapi mereka semangat aja melakukan aksinya.
Setelah selesai langsung minta anter ke Old City aja, aku rasa cukup jalan-jalannya, bisa tekor karena semua mesti bayar entrance fee, dan yang ginian di Indonesia juga ada (kecuali Long Neck tadi).
Gak lupa bayar utang sama sopir taxi, aku check in hotel pertama yang kutemui di Old City, 350 baht sudah fasilitas lengkap banget. Tidur sampe puas nunggu sore.
Sore ini tujuan ku adalah Doi Suthep, kuil dipuncak bukit kayaknya yang harus dikunjungi kalo di Chiang Mai. Kesana bisa naik angkot tapi aku sewa motor, gak gitu mahal, 150 baht/hari.
Bermotor memutari sungai yang mengelilingi Old City Chiang Mai, ada beberapa Wat di dalam kawasan Old City, kemudian perjalanan naik menuju Doi Suthep yang jaraknya kira-kira 15 KM dari Old Town.
Separuh perjalanan melewati Chiang Mai Zoo dan langsung aja nekad masuk karena di kebun binatang ini ada koleksi Panda yang merupakan salah satu kekhasan Chiang Mai. Tiket masuk cuma 100 baht, dan aku langsung naik shuttle bus keliling (bayar lagi kalo ga salah cuma 50 baht). Tiket bus ini disimpen karena kita bisa naik turun gonta ganti shuttle bus dibeberapa pemberhentian, kalo jalan kaki kayaknya gempor deh karena kompleks zoo yang luas.
Koleksinya lumayan banyak, pokoknya seneng banget jarak dekat melihat Jerapah, Gajah, Onta, Kuda Nil, Harimau, Orang utan dll. Jangan bandingkan dengan Ragunan, ini tertata rapi banget.
Untuk ngelihat Panda, mesti bayar 100 baht lagi, masuk ke hall ber-AC, ada 3 panda disitu (katanya populasi Panda di dunia sisa 1600 ekor lagi). Untuk foto sama Panda mesti pinter-pinter cari anglenya , pas Panda mendekat, langsung jepret, jadi Panda bisa kelihatan dekat dengan kita.
Di Zoo ini ada juga Zoo Aquarium kayak Sea World, tapi mesti bayar lagi, aku skip yang ini, tapi berhenti di Pinguin, gratis, untuk pertama kali lagi melihat Pinguin secara langsung. Kalo kupikir-pikir, perjalanan tadi pagi mubazir, mahal pula kalo masuk Tiger Kingdom, bla bla bla.... mending masuk Zoo sekalian, murah meriah lengkap.
1 jam disini emang ga cukup, tapi aku mesti melanjutkan ke Doi Suthep, seperti melaju di jalanan Puncak tetapi lebih sepi, bisa melihat Chiang Mai dari atas bukit, sampai juga ke kuil Doi Suthep. Ternyata rame banget. Banyak penjual souvenir dan restoran sana-sini. Untuk mencapai kuil mesti naik 306 anak tangga, lumayan ngos-ngosan (belakangan aku baru tahu ada eskalator tetapi bayar 50 baht termasuk entrace fee).
Masuk Doi Suthep untuk turis asing mesti bayar 40 bath, aku sih pura-pura ga baca, walhasil ngelonyor masuk gratis. Di kuil ini kita bisa melihat pemandangan kota Chiang Mai dari ketinggian, berbagai vihara, lonceng-lonceng gede serta banyak pohon buah-buahan kayak nangka, mangga, duren dll.
Kalo melihat petunjuk jalan, setelah Doi Suthep masih ada beberapa spot menarik seperti waterfall, palace dll, tapi berhubung udah lewat magrib (walau disini jam 7 malam masih lumayan terang), aku putusin pulang ke kota. Mampir ke Night Market, tapi akhirnya msknya ke Anussan Market krn cari restoran halal yg cuma adanya disana, lalu sempetin thai massage cuma 140 baht utk 1 jam (Chiang Mai asik... murah-murah), sukses ketiduran sambil diinjak, ditekan, dibolak balik tkg pijetnya.
Di hotel aku banyak ketemu brosur ikutan treking gunung, naik gajah, naik rakit, sekalian berkunjung ke Karen Village, baik one day tour atau 2 hari. Biayanya rata-rata ribuan bath. Lalu tur ke Golden Triangle, pusat penjualan opium jaman dulu naik van, itu ada juga tawaran ke Luang Prabang atau ke Mohan China naik slow boat atau speedboat.
Tetapi aku putusin besok jalan sendiri ke Chiang Rai, naik songthaew (angkot) ke terminal bus Chiang Mai Arcade (bayar 20 baht), lalu antre tiket ke Chiang Rai (bus ini lanjut ke Golden Triangle dan Mae Sai), aku pilih VIP bus 250 an baht karena lagi pengen tidur lagi. Busnya nyaman, tempat duduk lebar dengan penyangga leher, perjalanan nyaris 5 jam naik bukit ke Chiang Rai nyaris ga kerasa karena pules tidur.
Memasuki Chiang Rai melewati Rongkhun Temple, kuil putih yang belakangan kusesali gak sempet dimampiri karena keterbatasan waktu. Bus berhenti sebentar di terminal bus baru, lalu menuju terminal bus yang lama di dalem kota (sekitar 15 menitan). Disini aku turun, banyak bus menuju Mae Sai (border town dengan Myanmar) dan Chiang Saen (Golden Triagle). Tetapi yang penting adalah tiket ke Bangkok besok malam berhubung lusa aku sudah harus di Bangkok untuk pulang.
Tanya semua counter tiket, all full, ternyata Thailand lagi libur nasional (hari Waisak kyknya), aku disaranin ke terminal bus lama, dengan songthaew(mirip tuk tuk), hanya 10 baht aku balik kesana, alhamdullilah, tiket ke Bangkok sudah ditangan, 1st class 581 baht. Balik lagi keterminal lama, setelah itu puter-puter sebentar kota Chiang Rai, yang ditawarkan gak jauh beda dengan Chiang Mai, so aku putusin naik bus ekonomi ke Mae Sai, 40 baht perjalanan 1,5 jam.
Makin ke utara Thailand, makin sedikit orang yang bisa berbahasa Inggris, jadi untuk berkomunikasi harus pinter-pinternya di combine dengan bahasa tubuh dan gambar.
Sampe di terminal Mae Sai udah jam 7 malam, ga ada lagi songtheaw ke border (karena hotel banyaknya disini), terpaksa naik ojek, tawar-tawaran 40 baht, sampe disana (sekitar 10 menitan), takjub banget. Situasi border ga seperti yang kuduga sebelumnya, rame dan banyak toko, hotel2 mewah. Sebelumnya bayangin bakal syeureem. Berhenti pas di gerbang perbatasan Myanmar-Thailand, berdiri kokoh, tetapi aktivitas udah tutup sejak pukul 6 tadi. Menenteng backpack, cari hotel murah agak susah (disini kebanyakan hotel, bukan hostel), sampe ketemu Litle Bear Hotel, 280 baht dengan fan. Oke. Cari makanan halal ga gitu susah di Mae Sai, lumayan banyak resto berlabel halal, jadi puas makan malem sambil sempet-sempetnya mampir ke night bazaar (resto2 halalnya cuma buka dr pagi kira2 jam 7 - jam 6 sore). Asli murah-murah, mungkin banyak barang cina yang masuk kesini karena deket banget dengan China.
Besok paginya gak pake check out (rencanaku ga pake nginep), nekad aku melintas border Thailand-Myanmar, setelah fotocopy paspor untuk persiapan lalu melewati imigrasi Thailand, ga pake antri karena sepi (masih jam 7 pagi), lalu berjalan di jembatan perbatasan sekitar 50 meter. Thailand dan Myanmar dipisahkan oleh sungai kecil tetapi kanan kiri pada masing-masing sisi sudah ramai toko-toko.
Masuk imigrasi Myanmar ditanya tujuannya apa, belum jawab petugasnya bilang "shopping", ya aku iyain aja. Kita harus bayar 500 baht untuk day pass, sempet aku tanya boleh bayar pake USD ga berhubung ditulisannya bayar 10 USD atau 500 baht, petugasnya bilang kalo aku mau nginep disana boleh bayar pake USD. Bingung deh, padahal pengennya bayar dengan USD, secara kurs cuma 90 ribuan, kalo 500 baht kan 150 ribuan. Ya sudahlah, aku bayar 500 baht karena ga ada rencana nginep (aku baca-baca sebelumnya ga direkomen menginep di Tachilek).
Aku kemudian di foto, lalu dikasih daypass warna kecoklatan, paspor kita ditinggal disana, entar sore bisa ambil pas keluar katanya. Ya sudahlah yang penting berhasil masuk Myanmar walau cuma kota perbatasan. Sempet mampir beli peta fotocopyan 15 bath pas keluar imigrasi, lalu disambut meriah tukang tuk-tuk nawarin jalan-jalan keliling Tachilek sekitar 150 baht untuk 1 jam-an (setelah tawar menawar).
Ted..thanks ya telah berkunjung ke blog saya. BTW, aku baca tulisanmu. Jalan-jalan berikutnya, coba tulis pengalaman kamu dengan orang-orang yang kamu temui supaya ceritanya lebih berwarna.
BalasHapusregards
je