13.5.11

Ayuthhaya, Chiang Mai, Chiang Rai, Mae Sai, Golden Triagle + Tachilek (Myanmar) Part II

Ayuthhaya, Chiang Mai, Chiang Rai, Mae Sai, Golden Triagle + Tachilek (Myanmar) Part I

Terminal kereta Ayutthaya


Sesampai di terminal Ayutthaya langsung meminta peta dari informasi, satu dua tukang tuktuk sudah menawari paket keliling Ayutthaya, 3 jam sekitar 600bath. Kalo mau patungan sama turis lain juga oke, ada 2 turis bule yang ngajak, tapi akunya yang males, 200 bath keliling seadanya, mending aku sewa motor duit segitu sepuasnya.

Selain itu berhubung hari lagi panas-panasnya dan kurencanain besok pagi aja keliling Ayutthaya, aku malah check in di Tanrin Hotel ga jauh dari depan terminal, Sengaja ngambil kamar seharga 500bath, kamarnya bagus dengan fasilitas lengkap menghadap sungai. Mungkin kalo di Bangkok, kamar jenis begini harusnya sudah ribuan bath.

Tanrin Guest House



Setelah puas bobo siang, asli aku sendiri ga ngerti sampai saat itu tujuan perjalanan ini kemana karena jadi gamang sendiri untuk melanjutkan ke Laos, padahal dari Ayuthhaya bisa lanjut dengan kereta api ke Nong Khai. Sore hari dihabiskan browsing dengan free wifi hotel, chating, update status, upload foto sampai streaming Big Brother Indonesia dan jalan kaki seputar hotel. Sekalian cari rental motor, supaya lebih dapet mengeksplore Ayutthaya aku pilih nyewa motor, 250bath/hari dibandingkan naik tuk-tuk yang kayaknya cuma beberapa spot tertentu doang yang didatengi. 

Besok paginya aku ambil motor yang kupesen dan pokoknya satu hari penuh itu mabok kuil deh. Tapi betul-betul puas, setelah jatuh cinta dengan kompleks Angkor Wat di Siem Reap, kali ini aku falling in love with Ayutthaya. 

Buat pencinta wisata peninggalan sejarah, Ayutthaya jangan dilewatin. Ada beberapa wat yang mengharuskan turis membayar 50bath untuk masuk kesana , tetapi aku cukup puas melihat dari luar dan baru rela membayar ketika masuk Wat Mahatat, karena di komplek yang satu ini terdapat stupa Budha yang kepalanya dililit akar pohon. 
Beberapa Wat Gratisan yang wajib kunjung adalah Pho Khao Thong yang berwarna putih (agak jauh lokasinya) dan Wat Lokkaya Suttha (yang ada Budha tidur gede banget). Sempetin juga mampir ke Elephant Camp, mau ikutan naik atau sekedar curi-curi foto deket gajah.
Keunikan di Ayutthaya, banyak bus berseliweran dengan cat airbrush bergambar karakter manga, action figure dll, selain itu banyak patung ayam segede-gede Gaban (ada yang tahu ada apa dengan Ayam?).

Kepala Budha dibelit Akar Pohon

Wat-Wat di Ayutthaya, sorry sedikit kebanyakan foto narsis





Huge Sleeping/Recycling Budha



Gajah dimana-mana


Ayam



airbrush bus

Repot juga keliling membaca peta dibandingkan tinggal duduk diantar supir tuktuk, tetapi ada keasikan karena bisa puas semuanya dapat di datangi karena paket tuk tuk hanya sekedar wat-wat besar dan dekat saja. Selain itu bisa mampir beli duren yang cuma 50bath/2kg, rasanya ampun enak bgt, lalu sempet pecah ban, ternyata di perkampungan muslim di Ayutthaya. Sempat ngobrol banyak dengan penduduk setempat yang muslim, dan mampir ke satu-satunya masjid di Ayutthaya yang mayoritasnya Budha.

Sialnya pas pulang ban motor bocor lagi , keramahan Thailand utara terbukti lagi disini. Seorang polisi mendekat dan sukses aku dianter keliling-keliling cari tempat tampal ban.

No pic Hoax, dibonceng polisi


Kembali dulu ke hotel untuk checkout dan nitip tas akhirnya memikirkan ulang mengenai rencana awal ke Laos, tiket pulangku dari Bangkok, dengan waktu yg tersisa kayaknya sudah mepet banget kalo meneruskan rencana ini, walhasil akan cape bgt dijalan. Selain itu belum juga ada implementasi free visa Laos-Indonesia jadi pertimbangan, 30usd untuk visa kalo gak maksimal kayaknya sayang banget. Akhirnya diputuskan daripada balik ke Bangkok (yang ada wisatanya malah wisata laen....), dari Ayutthaya ternyata bisa dipesen juga tiket ke Chiang Mai. Sleeper Train alias kereta yang pake tempat tidur sekitar 700an bath (harga ranjang atas dan bawah beda 50bath-an), 12 jam sampe ke Chiang Mai. 

Sebelum berangkat menyempatkan keliling Ayutthaya  lagi dengan motor, ternyata Ayutthaya dibagi 2 bagian, Ancient city yang isinya bangunan-bangunan tua, lalu dibagi oleh rel kereta api, sisi lainnya mal dan lain-lain.

Berangkat jam 8.30, untuk pertama kali aku naik sleeper train. Dan ternyata enak bgt, pulas bobonya, dan bangun-bangun sesampai di Chiang Mai jam 9 pagi sudah seger gak pake badan sakit-sakit.

sleeper train


Sekali lagi karena semua serba dadakan aku sama sekali ga ada gambaran mengenai Chiang Mai kota ke-2 terbesar di Thailand setelah Bangkok ini. Sesampainya ada perempuan supir taxi dengan ramah menawarkan mengantar ke hotel 100 baht atau beberapa spot wisata, katanya keliling cukup 300 baht ntar baru balik ke Hotel. Kulihat taxinya, ternyata chevrolet kalos baru, ga pake logo taxi, ya udahlah, nyaman bgt kelihatannya. Di ajak aku keliling Chiang Mai, yang ternyata kota tuanya dikelilingi sungai kecil dan setiap sudut ada bangunan tua berupa gate dari batu bata.

welcome to Chiang Mai

Taxi melaju ke kawasan Maerin, 15 menitan dari bandara, sepanjang jalan itu di peta kelihatan banyak spot wisata kayak Elephant Village, Botanic Garden, berbagai Wat, Waterfall, Monkey School, Bungee Jumping, dan lain-lain. Tapi dari berbagai option melalui foto2 yang ditunjukin aku ambil Tiger Kingdom (wisata harimau), Snake Farm sama Karen Village (Long Neck).
Pertama sampe Tiger Kingdom, belum buka, dan entrance fee-nya lumayan, 500 s/d 1000 baht, tergantung paket-paket yang dipilih. Udah aku pass dulu, lanjut ke Karen Village yang ada disitu.
Biaya masuk 500 baht (lumayan mahal), gak laen ga bukan masuk kesana untuk melihat kehidupan suku leher panjang alias Long Neck. Suku ini aslinya berasal dari Myanmar, keunikannya adat mereka mengharuskan perempuannya lehernya dikasih gelang-gelang tembaga berlapis sejak kecil hingga leher mereka akhirnya akan tumbuh lebih panjang dari normalnya bisa sampai 20 cm. Katanya untuk nangkal serangan Harimau, tau deh...

Karen Village







Perasaan ga tega ngeliatnya, tapi mau gimana lagi, di dalam sana ada beberapa perempuan long neck lagi jagain dagangan mereka berupa souvenir-souvenir lalu kita juga boleh foto bareng sama mereka sepuasnya. Gratis sih, tetapi kalo sambil beli dagangan mereka pasti tambah seneng merekanya. Disini juga ada penjual memakai baju adat suku Akha (seragamnya item). Ada satu suku lg didlm desa itu yaitu suku Yao (aslinya sih dr China) tapi ga foto bareng berhubung penampilan mrk biasa aja, ga ada keunikan gitu

cewek suku Akha


Puas 20 menitan disini, berjalan keluar dan mengajak sopir taxi ke Snake Farm, ternyata berhubung persiapan Baht aku habis karena belanja di Karen Village, dan tidak ada money exchange disekitar itu, akhirnya..... ngutang sama sopir taxi. Dengan ramah ia ngasih aku 3000 baht. Uang setoran kreditan mobil katanya. Coba kl di Indonesia mana ada sopir sebaek itu ngasih pinjeman +/- 1 jt sama org asing

Ayuthhaya, Chiang Mai, Chiang Rai, Mae Sai, Golden Triagle + Tachilek (Myanmar) Part III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar